1.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 | CGP Angkatan 10

 

link Youtube



PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA MENGENAI PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN

Pendidikan merupakan kebutuhan yang penting bagi suatu Negara.  Namun, pada jaman kolonial Belanda (1854), tidak semua rakyat Indonesia mampu merasakan bagaimana manisnya sebuah pendidikan. Para Bupati mendirikan sekolah- sekolah di Kabupaten yang ditujukan untuk mendidik calon – calon pegawai. Sekolah Bumiputera  didirikan oleh Belanda dengan mengajarkan 3 keterampilan dasar, yaitu membaca, menulis dan menghitung yang hanya bertujuan untuk membantu kelancaran dagang mereka.

Ki Hadjar Dewantara lahir di Yogyakarta pada 26 April 1959 dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Beliau dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Sebagai  bentuk cita – cita baru yang lahir untuk perubahan radikal  dalam pendidikan dan pengajaran, pada tahun 1922, lahir Taman Siswa sebagai gerbang emas kemerdekaan dan kebudayaan bangsa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara, dengan semboyan “ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani .  Pendidikan yang bisa dirasakan oleh seluruh lapisan rakyat Indonesia.

Setelah mempelajari Modul 1.1. saya memahami beberapa pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) mengenai pendidikan dan pengajaran

1. Tempat Persemaian Benih Kebudayaaan

Pendidikan adalah tempat untuk membentuk peradaban bangsa. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan

2. Menuntun Pada Kodrat Anak

Dalam pendidikan, siswa memiliki sifat yang berbeda – beda. Potensi, karakter dan sifat dasar yang unik. Bahkan anak kembar akan memiliki perbedaan yang berbeda. Untuk itu siswa tidak bisa disamakan, namun harus berkembang sesuai dengan kodratnya masing – masing. KHD juga menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun  segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Anak diberikan kebebasan, namun Guru sebagai pamong membimbing anak sesuai dengan potensinya, dan tetap menuntun agar tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya, sehingga siswa mampu menemukan kemerdekaannya dalam belajar. 

 3. Pendidikan berpihak pada murid

Pendidikan berpihak pada murid memandang bahwa setiap anak memiliki kebutuhan dan potensi yang berbeda. Karena kodrat anak memang berbeda. Pendidikan di desain untuk mengembangkan potensi, serta bakat minat anak. Menghadirkan model dan metode belajar yang menggali motivasi untuk menjadikan pembelajar sepanjang hayat dan selalu ingin tahu terhadap informasi dan pengetahuan yang relevan dengan kehidupan. 
Guru pamong harus mampu merancang kegiatan pembelajaran yang menyenangan, memerdekakan sesuai gaya belajar, serta mampu memotivasi anak agar mampu mengembangkan potensinya dan menumbuhkan karakternya (berpikir kritis, berkolaborasi, dan berkomunikasi dengan baik).  

4. Mendidik sesuai Kodrat Alam dan KOdrat Zaman

Kodrat alam yang berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungannya, sedangkan kodrat zaman merupakan kemampuan soft skill (keterampilan) yang harus sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan harus disesuaikan dengan perkembangan zaman namun tetap harus memahami kodrat alamiah anak sebagai makhluk sosial, emosional dan intelektual. Misalnya, untuk jaman sekarang, anak harus memiliki kemampuan abad 21. Guru sebagai pamong diberikan kebebasan untuk menggunakan perangkat ajar (misal, media pembelajaran) yang sesuai dengan perkembangan zaman, namun pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan secara terdifferensiasi sehingga siswa leluasa untuk belajar sesuai kebutuhan dan gaya belajarnya (Audio, Visual maupun kinestetik)

5. Terbuka dengan Perubahan

Pendidikan juga harus berubah dan terus beradaptasi sesuai dengan perkembangan zaman dan lingkungan sekitar, tidak pernah berhenti.  Menurut KHD, kebudayaan memiliki banyak perbedaan. Dan pertukaran kebudayaan bukan lah untuk menyamakan tapi memperkuat kebudayaan Indonesia. Setiap pengaruh budaya luar, tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal dan sosial budaya daerah. 

6. Pendidikan Memanusiakan Manusia

Pendidikan merupakan tonggak pembentukan keberadapan manusia, pembentukan karakter dan kualitas manusia di masa depan. Pendidikan selain harus mampu menciptakan manusia yang berkualitas juga harus menumbuhkan nilai - nilai kemanusiaan yang tinggi, dengan harapan terbentuk generasi yang kompeten/unggul dan berkarakter luhur. 

Dalam pendidikan, seorang pendidik tidak hanya sebagai fasilitator dalam proses tumbuh kembangnya potensi, pengetahuan dan keterampilan anak, namun juga membentuk karakter anak agar mampu berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan harus membangun rasa solidaritas dan empati diantara individu. Membantu anak untuk memahami perasaan, pengalaman, dan perspektif orang lain di sekitarnya yang akan mendorong mereka untuk saling membantu antar sesama. Membangun rasa solidaritas untuk membantu anak agar mampu saling mendukung dan bekerja sama menghadapi tantangan di masyarakat.

7. Pendidikan Budi Pekerti

Budi Pekerti atau karakter yang merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi Pekerti melatih anak untuk memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi dirinya (kemerdekaan diri) dan kemerdekaan orang lain yang ditekankan pada  3 hal utama yaitu melatih panca indra, kehalusan budi pekerti dan kecerdasan. Pendidikan adalah tempat untuk menciptakan individu dengan karakter baik dan berbudi luhur yang dapat memberikan kontribusi positif kepada diri sendiri dan masyarakat. Pengembangan karakter atau budi pekerti ini dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan, baik di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakatnya.


Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda  mempelajari modul 1.1?

Sebelum mempelajari Modul 1.1, sebagai Guru saya menganggap murid adalah seperti kertas kosong dan sebagai pendidik maka Guru yang mengisi kertas tersebut dengan ilmu pengetahuan. Keberhasilan dalam belajar, tidak dilihat bagaimana proses murid di dalam kelas, namun terukur dari berapa nilai yang didapatkan dan berapa prosentasi murid yang bisa mencapai KKM. 

Pembelajaran hanya terpusat dari Guru, dimana guru sebagai seorang pendidik memberikan ilmu pengetahuan di depan kelas dengan menganggap bahwa siswa adalah sama. Sehingga metode dan cara pengajaran untuk setiap siswa adalah sama tanpa melihat bagaimana kondisi, latar belakang, karakter, gaya belajar dan potensi siswa. Guru melakukan pembelajaran di kelas sebagai penuntasan kurikulum tanpa melihat kebutuhan murid.  Siswa dituntut untuk menyelesaikan materi pelajaran berupa pengumpulan tugas - tugas dengan tepat waktu dan "nilai" adalah acuan bagi siswa dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran. Rapor menjadi catatan keberhasilan siswa dalam pelajaran, dengan menggunakan "Rangking" sebagai penanda gelar murid tersebut "pintar" atau "bodoh". Sedangkan murid, sebenarnya memiliki potensi masing - masing yang harus dikembangkan. Mungkin bisa jadi mereka menonjol di satu bidang yang merupakan potensinya dari lahir, dan kurang mampu di bidang lainnya. 

Dalam kelas, pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang menggunakan berbagai media pembelajaran dan merujuk suatu metode pembelajaran yang ditetapkan sesuai kurikulum. Sedangkan pada kenyataannya, tidak semua murid mampu mengikuti metode pembelajaran yang diterapkan, karena setiap murid memiliki gaya belajar dan kebutuhan yang berbeda.

Komunikasi antar Guru dan siswa belum sepenuhnya terjalin dengan baik dalam pembelajaran, dan pengananan terhadap pelanggaran kedisiplinan menggunakan HUKUMAN sebagai satu - satunya cara. Pembentukan karakter terfokus pada beberapa mata pelajaran, antara lain Agama serta Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. 

Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini? 

Setelah mempelajari modul 1.1, maka saya memahami bahwa :

  1. Murid bukanlah kertas kosong yang harus diisi oleh Guru.Murid sudah memiliki kodratnya masing - masing, dengan karakter, sifat, dan potensi masing - masing. Tugas Guru adalah sebagai pamong, menuntun murid untuk menguatkan potensi yang sudah dimiliki. Menebalkan hal - hal positif tentang perilaku murid sesuai dengan kodratnya. Membimbing anak sesuai dengan potensinya, dan tetap menuntun agar tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya
  2. Guru adalah pamong. Untuk itu sebagai guru perlu membenahi diri agar mampu menjadi fasilitator, motivator dan teladan bagi murid. Seperti pada semboyan pendidikan “ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani “. Guru juga harus membekali diri dengan beberapa kompetensi untuk dapat membantu murid dalam meningkatkan potensi dan keterampilannya
  3. Pembelajaran haruslah berpusat pada murid. Murid adalah pribadi yang unik. Setiap murid memiliki gaya belajar yang berbeda - beda. Untuk itu perlu menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar dan kebutuhan murid di kelas
  4. Nasehat bukanlah satu - satunya cara untuk membentuk karakter murid. Banyak upaya yang bisa dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan murid dalam olah cipta, rasa dan karsa sehingga membentuk karakter yang lebih bijaksana. Pembentukan karakter dapat dilakukan dengan memberikan inspirasi, menjadi tauladan, ataupun menyisipkan pesan moral pada saat pembelajaran 
  5. Menjalin komunikasi yang baik antara murid dan Guru, untuk memahami setiap kondisi, pengaruh lingkungan sekitar yang mempengaruhi perilaku mereka.  Karena ada kalanya pelanggaran kedisiplinan sekolah, kenakalan murid terjadi karena beberapa faktor, dan mengetahui latar belakang tersebut merupakan langkah terbaik dibandingkan hanya sekedar memberi hukuman

Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?

Beberapa hal yang bisa diterapkan antara lain:
  1. Mengetahui kondisi dan potensi murid sebelum pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan melalui assesmen diagnostik dan memetakan murid  sesuai dengan gaya belajar, minat, bakat dan kemampuannya
  2. Mengubah pola pembelajaran konvensional menjadi terdiferensiasi sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar murid.
  3. Menggunakan media pembelajaran interaktif yang sesuai dengan perkembangan zaman dan minat murid agar tercipta pembelajaran yang menyenangkan dan berpihak pada murid
  4. Menggabungkan perkembangan teknologi dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan murid sesuai perkembangan zaman
  5. Mendukung, menfasilitasi, memotivasi potensi yang ada pada masing - masing murid 
  6. Melakukan program pengembangan karakter dan budi pekerti, antara lain kegiatan P5, pembiasaan senyum, sapa, salam di kelas dan sekolah

KESIMPULAN

  1. Guru seperti petani yang menanam benih padi. Hasil yang diperoleh tergantung bagaimana dia merawat, menjaga, dan memperlakukan benih tersebut, bukan hanya karena kualitas benih yang ditanam
  2. Tidak semua siswa sama, dan kelas BUKAN tempat untuk menyamakan, tapi UNTUK MENUMBUHKAN agar masing - masing bisa berhasil dengan potensinya
  3. Zaman selalu berubah, maka pendidikan juga harus berubah. Guru sebagai fasilitator juga harus berkembang untuk mengingkatkan kompetensi sesuai perubahan zaman


Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Equalizer - Tomlinson

2.3.a.4.1.Eksplorasi Konsep Modul 2.3

Miniatur Pembangkit Listrik